KEWIRAUSAHAAN
PERMASALAHAN
YANG DIHADAPI PADA
USAHA KRIPIK
SINGKONG BALADO BPK. ROCHMAN
Yudha
Parna Krismanto
2010.4.19274
MANAJEMEN KEUANGAN
AKADEMI
PIMPINAN PERUSAHAAN
KEMENTERIAN
PERINDUSTRIAN RI
Jalan.
Timbul No. 34 Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan 12630
Telp.
(021) 7872740 Fax (021) 7271847
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal sangat kaya
akan keberanekaragaman sumber alamnya. Tidak hanya sampai disitu saja dimulai
dari kebudayaan, suku bangsa, bahasa, agama dan ras memiliki kemajemukan yang
sangat tinggi sehingga bangsa Indonesia dikenal dengan sebutan “Zamrud
Khatulistiwa”.
Salah satu hasil dibidang pertanian yang
memang sudah ada sejak dari zaman nenenk moyang, dimana hasil pangan ini sering
digunakan sebagai bahan pokok pangan juga menjadikannya sebagai urutan teratas
untuk dijadikan sebagai sumber pemasukan bagi negara Indonesia. Tentunya kita
sudah mengenal apa komoditi yang dimaksud tersebut, yaitu tanaman singkong.
Tanaman ini mempunyai multi guna ini mempunyai banyak fungsi, seperti untuk
kebutuhan pokok, makanan cemilan, snack, dan komoditi lainnya. Selain hasil
tanaman daunnya bisa digunakan untuk bahan sayuran juga singkong yang berada
pada akarnya bisa diolah menjadi makanan ringan seperti keripik singkong.
Hampir diseluruh wilayah Nusantara kita banyak menjumpai tanaman ini, baik itu didesa, pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi, bahkan sampai ke perkotaan kita masih sering menjumpai tanaman ini. Mengingat tanaman singkong masuk kedalam kategori tanaman tropis dan bisa ditanam mulai dari iklim 210 - 290 sehingga cocok dengan iklim di kepulauan nusantara.
Hampir diseluruh wilayah Nusantara kita banyak menjumpai tanaman ini, baik itu didesa, pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi, bahkan sampai ke perkotaan kita masih sering menjumpai tanaman ini. Mengingat tanaman singkong masuk kedalam kategori tanaman tropis dan bisa ditanam mulai dari iklim 210 - 290 sehingga cocok dengan iklim di kepulauan nusantara.
Pada kesempatan ini penulis akan mencoba
menguraikan untuk mengambil inisiatif untuk bisa mengembangkan tanaman keripik
singkong khususnya lebih fokus kepada produksi makanan ringan atau biasa
disebut “keripik singkong”. Keripik singkong mempunyai prospek yang cerah bila
mampu mengatur peredarannya baik itu untuk disimpan diwarung, toko,
supermarket, koperasi, warung internet. Bahkan penulis berani menyimpulkan
makanan ringan ini dalam 3 hari sudah habis ditempat dan pihak penampung
penjualan ingin memesan lagi karena keuntungannya sangat cepat didapat tidak
seperti jenis makanan yang lainnya meskipun harus tetap memperhatikan tempat
mana yang akan memang kondisi pasarnya sangat ramai.
1.2
Peluang dan Potensi Pasar
Berikut akan diuraikan beberapa peluang
dari usaha keripik singkong:
Jumlah penduduk Jawa Barat sekitar 35 juta jiwa, tentunya diantara jumlah penduduk itu 50% menyukai makanan ringan keripik singkong.
Jumlah penduduk Jawa Barat sekitar 35 juta jiwa, tentunya diantara jumlah penduduk itu 50% menyukai makanan ringan keripik singkong.
Pendapatan UMK (Upah Minimum Kota
Bandung) Rp. 625.000 tentunya sangat cukup untuk membeli makanan keripik
singkong hanya dengan kocek Rp 1.000 – Rp 5.000
Makanan ringan ini sudah mempunyai identitas yang kuat dikalangan para konsumen sehingga sudah tidak asing lagi namanya.
Makanan ringan ini sudah mempunyai identitas yang kuat dikalangan para konsumen sehingga sudah tidak asing lagi namanya.
Berikut
akan diuraikan beberapa Potensi Pasar dari usaha Keripik singkong:
· Harga lebih murah
· Harga lebih murah
·
Kualitas lebih baik dengan rasanya yang renyah dan gurih
·
Produk baru diperoleh langsung dari produsen tanpa perantara grosir
·
Pengiriman lebih cepat tidak dibutuhkan sumber daya manusia yang terlalu besar
seperti
mobil pick-up.
![]() |
BAB
II
FAKTA
DAN MASALAH
2.1
Fakta
Pada awalnya
Bapak Rochman hanyalah seorang pensiunan dari Bank, setelah lama mengganggur ia
merasakan kejenuhan. Akhirnya ditahun 1999 ia mencoba merintis perusahaan yang
bernama CV. CIPTA MUSTIKA perusahaan ini bergerak pada pembuatan parkuete floring dan
pada tahun 2003 ia juga mulai merambah pembuatan kursi
dan meja belajar mini untuk anak-anak. Setelah berjalannya usaha tersebut
beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2007 Bpk. Rochman membuka usaha lagi yaitu produsen
bakso ikan tapi usaha ini mengalami kegagalan ditengah usahanya dan akhirnya ia
tidak melanjutkan usahanya tersebut dan fokus pada perusahaannya.
Saat hebohnya
keripik singkong pedas yang menawarkan level kepedasan berbeda, Bapak Rochman
mempunyai ide untuk mencoba bisnis serupa tetapi dengan produk yang berbeda
dengan kripik tersebut dan akhirnya terpikirlah untuk membuat kripik singkong
baladao dengan harga terjangkau untuk pangsa pasar menengah kebawah. Usaha ini
berdiri di Cisaat, Sukabumi dengan permodalan sekitar 8 juta, dilihat dari
usahanya jenis usaha ini merupakan usaha rumahan (home industry) karena tempat yang masih minim dalam artian dirumah
seluas 96M2 dan jumlah
karyawan yang masih berjumlah 4 orang.
Cara memproduksi KERIPIK
SINGKONG BALADO ala “Bapak Rochman” :
Alur produksi:
1. SINGKONG : Di Indonesia ada 160 jenis singkong
dan dari sukabumi lah singkong yang dipilih karena qualitasnya yang lebih baik
dari singkong dari daerah lain.
2. QUALITY CONTROL : Singkong didistribusikan kemudian
disortasi.Dimana dari Singkong tersebut pasti ada salah satu atau beberapa yang
mengalami Kerusakan, pahit, dll yang tidak masuk standar bahan baku.
3. PENGGUDANGAN : Setelah diadakan sortase, singkong
kemudian digudangkan di tempat yang teduh,tertata rapi dan tidak boleh terkena
sinar matahari langsung. Karena bisa mengakibatkatkan singkong tersebut menjadi
layu
4. PENGUPASAN :
Pengupasan kulit singkong dilakukan dengan menggunakan pisau tajam agar hasil
potongan sesuai dengan tehnik memotong yang telah diterapkan untuk menghasilkan
potongan singkong yang baik. Maka pisau yang akan dipergunakan harus diasah
terlebih dahulu agar tekstur singkong yang akan diproduksi tidak lecet,
tentunya tidak banyak terbuang.
5. PENCUCIAN : Pencucian singkong dilakukan dengan
memegang singkong tersebut dengan menggunakan air yang mengalir. Sehingga
singkong benar-benar bersih dari kotoran tanah dan tentunya Higienis. Sesuai
dengan standar dari Dinas Kesehatan dan POM.
6. PENIRISAN : Hasil cucian singkong tersebut
dimasukkan kedalam tempat atau wadah yang berlubang. Supaya air dari sisa
pencucian singkong bisa mengalir keluar dengan lancar dan akan menghasilkan
singkong yang bersih dan kering.
7. PEMOTONGAN : Singkong hasil cucian yang telah
benar-2 tiris/ kering kemudian dirajang satu persatu untuk dijadikan keripik
dengan potongan selera kita. Tapi yang biasa di gunakan adalah potongan bulat
atau menurut bulatnya singkong tersebut
8. PENIRISAN : Hasil dari pemotongan singkong
tersebut ditata sedemikian rupa sehingga tidak banyak yang lengket /kemel.
Sehingga dalam proses penggorengan tidak banyak yang lengket pula.
9. PENGGORENGAN : Penggorengan Singkong dilakukan dalam
kwali besar selama kurang lebih3 menit dengan menggunakan minyak goreng
berkwalitas yang berasal Kopra.
10. PENIRISAN : Keripik singkong yang sudah
benar-benar matang didangkat kemudian ditiriskan minyaknya diatas drum
penirisan. Ini dilakukan agar keripik tidak banyak mengandung minyak/basah.
12. PENDINGINAN 1 :
Keripik singkong yang sudah tiris dari minyak ditampung kedalam drum stanleees
supaya uap panasnya hilang/dingin.
11. PEMBUMBUAN :
setelah dingin dan minyak tiris lalu kripik dibumbui oleh bumbu balado yang
telah dubuat sebelumnya dengan komposisi : cabe merah besar, cabe kriting,
bawang putih, garam, gula jawa, gula pasir.
13. PENDINGAN 2 : Keripik singkong yang sudah
didinginkan 1 dituang ke meja sortir supaya benar-benar dingin dan siap
dikemas.
14. SORTASE : kripik disortir apakah terdapat kripik yang
tidak layak kemas ( tidak kena bumbu)
15. LABELLING : Sebelum keripik singkong dikemas,
dipersiapkan terlebih dahulu plastik pembungkusnya ukuran 3 x 4 cm dan 200gr.
16. PEGEPACKAN : Plastik yang telah siap dipergunakan
untuk membungkus keripik yang sudah disortir.
17. PENGGUDANGAN : Tahap akhir sebelum peoduk dipasarkan
disimpan dalam gudang, dan disusun rapi di atas papan / palet kayu yang
berjajar agar tidak terjadi kontak langsung dengan lantai yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada produkkarena suhu lantai lembab.
18. DISTRIBUSI : Keripik singkong yang telah digudangkan
siap didistribusikan ke market-market dengan menggunakan armada motor dan
Mobil.
2.2
Masalah
a.
Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan
Usaha
keripik singkong balado ini memerlukan modal untuk mengembangkan usahanya.
Permodalan
merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk mengembangkan
suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya
usaha kecil dan
menengah merupakan usaha perorangan
atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas,
sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit
diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh
bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UKM
adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta
yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.
Terkait dengan hal ini, UKM juga menjumpai
kesulitan dalam hal akses terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup
familiar dengan mereka adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh bank
dimana disyaratkan adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan lainnya seperti
investasi, sebagian besar dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi
investasi sendiri, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila
memang gerbang investasi hendak dibuka untuk UKM, antara lain kebijakan, jangka
waktu, pajak, peraturan, perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim
usaha.
b.
Lemahnya Jaringan Usaha
Distribusi
keripik ini hanya diwilayah sukabumi saja karena terbatasnya jaringan usaha.
Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit
usaha keluarga, mempunyai jaringan
usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah,
ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai
kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah
mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat
menjangkau internasional dan promosi yang baik.
c. Iklim
Usaha Yang Belum Kondusif
Banyaknya usaha sejenis yang
menimbulakan persaingan pasar yang tidak sehat.
Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam
hal kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik brutto (PDB), penyerapan
tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan
investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto
(investasi). Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan
acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator
keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun
sebelumnya.
Kebijaksanaan Pemerintah untuk
menumbuhkembangkan UKM, meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun
dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih
terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan
menengah dengan pengusaha-pengusaha besar.
Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perijinan untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar.
Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perijinan untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar.
d.
Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Alat-alat yang digunakan masih sederhana dan
tempat usaha juga masih dikatakan belum baik. Kurangnya informasi yang
berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana
dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang
mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang
UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang
disebabkan karena mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis.
e. Ketahanan
Pendek
Dikarenakan
pengemasan yang masih manual jadi keripik mudah layu dalam waktu 1 bulan. Sebagian
besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai
produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata
lain, produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan
lama.
f. Akses
Pasar Yang Masih Terbatas
Minimnya
akses pasar menyebabkan produk sulit masuk kepasaran. Terbatasnya akses pasar
akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara
kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
g.
Terbatasnya Akses Informasi
Keripik
singkong ini tidak mampu sebagai hasil dari UKM untuk menembus pasar ekspor.
Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial untuk
bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses
terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik. Selain
akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap
informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak
memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha
UKM dengan produk lain dalam hal kualitas.